Khamis, 23 Mac 2017

Namanya senja

Namanya senja,
Bergenang pada tubir matanya,
Bercucuran laju menuruni pundak dan lekuk,
Kilat sabung menyabung, tanda lebat bukan mainan,
Hati pula pilu, bagai diruntun runtun
Argh..benarlah bicaranya sang tua,
Ingatkan panas sampai ke petang tapi rupanya hujan ditengahari,
Panas bukan kepalang dipaginya,
Menyengat kepala, selsema menyinggah,
Sunyi hatinya segersang varsity tua ini,
Indah khabar dari rupa,
Digendang dipalu, rupanya ruh hilang entah kemana,
Sekadar menanda lulus ujian,
Tapi jiwa tidak diisi rasa, cinta dan pengorbanan,
Berterbangan segala sang tua perjuang,
Hakikat ini terpaksa tertelan,
Bergadai bergolok pertahan pertiwi,
Dari medan inilah, medan ilmu,
Kini gah sekadar aturan pencapai dunia yang dikejari,
Sungguh nilai dan pengorbanan hilang
Yang patut meresap kedalam denak dan benak setiap graduasinya,
Bangga mereka memakai ‘mortar’ kemegahan,
Gah mereka menyarung jubah keilmuan,
Hakikatnya, mereka ketirisan rasa,
Compang dan lompong pada sudut yang tidak terkesan,
Menilai pada corong pujian,
Walhal, hanyalah fatamorgana yang keterlampaun,
Bangkitlah dari mimpi wahai sang graduasi varsity kemegahan watan

Image result for bangunan um 

Ahad, 19 Mac 2017

ilmu

Jalan menggapai ilmu itu penuh liku. Bukan semua yang mampu. Natijahnya indah. Jalannya sabar dan air mata. Maka bertahanlah menelan setiap peritnya kesusahan jika tidak mahu menghadam peritnya kejahilan. Dipenghujungnya yang perit pasti dinilai indah kerana bukan semua beruntung mendapatnya. Sabarlah sebentar....يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات

Selasa, 9 Ogos 2016

KINI, KU KEMBALI MENCARI TUHAN


Sebak rintih hati pada Pencipta, memohon panduan berpanjangan, bimbang dek alpa hidup hilang tujuan, kini ku kembali mencari Tuhan.
Saat ketawa hilang Tuhan, walau Dia tetap ada, tanpa pernah lelap, tidur mahupun makan, bila kesempitan mula merayu pada pintu taubat yang tak pernah padam.
Pemurah Tuhan tak pernah mengabaikan, hanyasanya kita yang angkuh dan sombong sentiasa melupakan, berkali memohon taubat sentiasa diampunkan.
Kini, ku kembali mencari Tuhan, dari sisa kehidupan, merayu menadah tangan , agar diberi petunjuk adakah benar pilihan.
Resah jiwa memikirkan, kesilapan yang sentiasa berulang, bimbang ia hukuman , bukan anugerah dari Tuhan.
Hanya sabar penguat semangat, takwa pemangkin jiwa, bimbang roboh ditepi jalan, bangunan yang di impi- impikan.
Mohon diperkuat semangat, di pandu penuh rahmat, doa yang barakat, serta jiwa yang salim saat menemui Tuhan
hidup ini sementara, berbekalan sebanyaknya, namun bimbang jua, pukat kebaikan rabak bertaburan tanpa ketahuan tuan.
Carilah amal soleh penuh keikhlasan, tanpa mengharap pujian dan ehsan insan, betulkan akhlak bila berhadapan mahupun dibelakang, agar bukan kita yang kaya tapi muflis ketika bertemu Tuhan.

Sabtu, 27 Jun 2015

STRESSED OUT

When you’re dealing with stress, it’s easy to think in distorted ways, and this often leads to the pitfalls of negative thinking. We’ve all engaged in this before, but the good news is that just noticing that you’re doing it is often enough to get you to stop.
I’ve listed eight of the most common negative thinking patterns below and you’ll probably recognize a few familiar ones that you use. So be on the lookout and notice if you start to engage in any of these – and then throw them out with the trash!
Jumping to Conclusions
You’re either a forecaster or a mind reader when you partake in this pattern of thinking. Both occur when you draw conclusions about a situation without knowing all the facts.
As a forecaster, you predict the outcome of things that haven’t happened yet, and it’s almost always negative. No one is ever going to buy my house and I’m never going to be able to move again.
If you’re in mind-reader mode, you infer someone else’s thoughts, feelings, and motivations, and you’re absolutely sure you know exactly how someone is feeling about you. I just know that Jason won’t ask me out again because he doesn’t think I’m pretty or smart.
Black-and-White Thinking
This is what happens when you think in absolutes. Everything is either “pretty in pink” or the world is coming to an end – there are no shades of gray.
A trick to catching yourself in this pattern is to watch for interpretations with “always” or “every” or “never” in it. Kelly always throws me under the bus and now I’ll never get a promotion.
Personalization
In this type of negative thinking, you over-attribute things as either negatively directed at you or you feel as if you are responsible for bad things that happen.
An example of this type of thinking would be assuming it’s your fault the food wasn’t good at the restaurant you chose and now the whole evening is ruined.
Unrealistic Expectations
A clue that you’re engaging in this negative thinking patter is when you start using musts and shoulds. When you create rules of how situations should be or how people must be it often sets up unrealistic expectations, and then no one is happy. You’re left feeling guilty, frustrated, or resentful, and end up blaming yourself and others for things that aren’t under your (or their) control.
An example of this is when you decide your boyfriend should have known that you wanted him to take you out for a romantic birthday dinner, and that he’s a terrible partner for not knowing exactly what you wanted.
Catastrophizing
This is when you tell yourself that the absolute worst will happen, and that a situation is horrific and intolerable. You might also find yourself thinking about all the worst-case scenarios imaginable.
An example of this type of thinking would be if you have a fight with your husband about who’s going to walk the dog and now you’re convinced he wants a divorce.
Discounting the Positive
When you find yourself in a negative thinking pattern, it’s easy to forget about the positives or treat them like they don’t count. Instead, you tend to magnify the negative aspects of a person, situation, or experience.
An example of this type of thinking could be when you receive a compliment or congratulations and chalk it up to mere flattery.
Overgeneralizing and Labeling
In this kind of distorted thinking, you take one piece of negative evidence and use that to draw a general negative conclusion. One common way people overgeneralize is to assign labels to situations or people based on limited information.
A good example of this would be when a friend says she can’t go to lunch with you and you think, “Michele doesn’t want to be friends with me any more.”
Emotional Reasoning
In this type of negative thinking, you think that your emotions are facts – and you don’t make balanced choices or decisions when you’re in emotion mind. Because you feel negatively about something, you assume that this is the way things really are (even when they’re not). If I feel this way, it must be true.
An example of this is when you have a bad feeling about the presentation you made at work and then draw the conclusion that you’ll probably be demoted because of how you felt. However, the next day your boss tells you what an amazing job you did, and only then do you realize that how you felt was not fact at all.

Khamis, 7 Mei 2015

Ulang Tahun Kelahiran Ke 27

My Birth day Celebration?


assalamualaikum....
 27 tahun lalu pada tarikh 8 Mei 1988 bersamaan 21 Ramadhan, aku telah dilahirkan kedunia ini. dan sejak dari tarikh itu tidak pernah diri ini merasa menyambut ulang tahun kelahiran, sehinggakan bila sudah terlepas tarikh berkenaan barulah tersedar. ironinya , adakah ianya disambut dan diraikan oleh Nabi junjungan kita?
Kita sering diingatkan supaya tidak menyerupai sesuatu kaum, seperti mana hadis Rasulullah SAW yang bermaksud: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum dia dikira dari kaum tersebut”. (riwayat Abu Daud, no: 4031, Ibn Hibban, no: 437, Al-Haithamiy, Majma’ al-Zawaid, jld: 10, hlm: 274).
Maksudnya kita ditegah supaya tidak menyerupai mana-mana kaum yang jelas ingkar kepada Allah SWT.
Kalau dilihat sepintas acara sambutan hari lahir tidaklah menggambarkan apa-apa. Namun banyak yang diceritakan bahawa memotong kek dengan meniup lilin adalah sambutan golongan bangsa yahudi atas kemenangan mereka ke atas umat Islam.
Apa yang dikhabarkan ialah kek itu umpama dunia Islam dan lilin itu cahaya Islam. Lalu ditiup lilin menandakan mematikan cahaya Islam dan memotong kek maksudnya membahagi-bahagikan taklukan yahudi atas negara-negara Islam.
Saya kira semacam ada dongengnya. Alasan saya, cahaya lilin tiada kena mengena dengan cahaya Islam, cahaya Islam adalah Nur yang tidak boleh dipadam oleh sesiapa pun, kerana ia bukan cahaya hakiki (cahaya sebenar seperti cahaya lampu) tetapi cahaya maknawi (yang diumpamakan tetapi tidak sama).
Umat yang beragama Islam tahu bahawa bangsa Yahudi tidak pernah rasa tenang dan reda atas orang Islam, kerena mereka benar-benar inginkan umat Islam terpedaya atas segala ajakan mereka dalam segenap kehidupan manusia. Ini termasuklah mempengaruhi umat Islam supaya meniru mereka.
Allah SWT yang mengutus Rasul-Nya Muhammad saw telah berfirman yang bermaksud: Orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut agama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): “Sesungguhnya petunjuk Allah (agama Islam itulah petunjuk yang benar”. Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu. (al-Baqarah: 120)
Allah SWT memaklumkan dan memberi peringatan agar umat Islam berhati-hati atas segala tindak tanduk kaum Yahudi yang sentiasa merancang jahat atas kemusnahan agama Islam. Adapun cahaya Islam tiada kaitannya dengan cahaya lilin, kalau dipadamkan cahaya lilin dengan meniup tidak bermaksud terpadam cahaya Islam.
Allah berjanji akan menjaga cahaya Islam, biarpun golongan yang memusuhi Islam cuba memadamnya, firman Allah SWT yang bermaksud: Mereka sentiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (agama Islam) dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang kafir tidak suka (akan yang demikian). (al-Saf:
Cahaya Allah dalam ayat ini bermakna Islam yang sedang berkembang dan akan terus berkembang biarpun ada usaha untuk memadamnya (menghentikan).
Menerusi kedua-dua ayat yang di atas dapat disimpulkan bahawa meniup lilin dan memotong kek tidak seperti yang dimomok-momokkan oleh segelintir penulis.
Mungkin cara berfikir sesetengah dari kita yang tidak analis sesuatu cerita dari sudut latar belakangnya, lalu mudah menerima perkhabaran yang belum tentu kesahannya. Apa-apa pun setiap amalan kita bergantung kepada niat.
Budaya potong kek diterima dan diislamisasi dengan tujahan nilai-nilai Islam. Justeru, bagi mereka yang ingin menyambut hari lahir setelah dia memotong kek adalah lebih baik kalau disertai dengan bacaan doa selamat.
Adapun nyanyian iringan happy birthday to you ditukar kepada “Allah selamatkan kamu”. Seperkara yang perlu diingat ialah tiada acara melalaikan.
Oleh yang demikian, iringan doa adalah lebih utama kerana majlis itu disambut dengan kegembiraan dengan peningkatan usia yang dikekalkan kesihatan dan keafiatan.
Walaupun demikian, tokoh dan sarjana Islam, Prof. Dr. Yusof al-Qaradawi, menganggap bahawa menyambut hari lahir adalah suatu yang kurang tepat kerana kenapa harus disambut usia yang kian meningkat tua.
Sambutan yang dibenarkan oleh Islam adalah, dengan mengadakan majlis kesyukuran, dengan mengajak orang makan dan lain-lain amalan kebajikan yang lain, dan tiada aktiviti-aktiviti maksiat dalamnya.
Apakah yang hendak diraikan?
Ya, apa yang hendak kita raikan sebenarnya? Wanita terutamanya amat mengambil berat tentang tarikh lahir. Isteri boleh jadi merajuk besar jika suami tidak ingat akan tarikh hari lahirnya. Hakikatnya ramai yang tak perasan harijadi bermakna usia kita telah bertambah dan tempoh hayat semakin berkurang. Dalam kata lainnya kubur pun sudah kata mari… macam tak kena pulak kalau kita nak bergembira meraikannya jika difikir dari sisi ini kan… kecualilah setahun yang lalu kita telah isi dengan ketaatan sehingga kita rasa benar2 gembira.
Saya setuju dengan artikel Ustazah Maznah, jika benar setahun yang lalu kita telah manfaatkan masa yang ada dengan segala amal kebajikan, kebaikan dan ketaatan kepada Allah, maka wajarlah kita rasa gembira dan bersyukur. Adalah lebih baik jika kesyukuran itu diterjemahkan dengan menigkatkan lagi amal soleh, bukannya dengan membuat upacara sambutan yang tidak selari dengan ajaran Islam.
Sebaliknya, jika setahun yang lalu kita cuai dalam melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah, maka kita patut berasa insaf, bertaubat dan perbaiki diri agar esok menjadi insan yang lebih baik. Manfaatkan usia yang dikurniakan (yang kita tak tau bila penamatnya) dengan amal soleh dan dekatkan diri dengan Allah.
KESIMPULAN:
  • Jadikan hari lahir sebagai hari muhasabah diri – sejauh mana kita telah berbakti kepada Pencipta yang telah memberikan kehidupan ini kepada kita.
  • Pada hari lahir anak2 patut merenung kembali jasa ibu bapa. Bertambah usia anak2, bertambahlah budi ibu bapa di dalam menjaga dan mendidik mereka. Sudah terbalaskah budi ibu bapa?
  • Usah biasakan anak2 menjadikan budaya di mana hari lahir adalah hari kita menanti dan menagih hadiah, terutama dari ibu bapa yang sememangnya sudah banyak berkorban untuk anak2.
  • Sebaliknya insan yang menyambut hari lahirnya itulah yang patutnya memberi hadiah kepada mereka2 yang telah berjasa  dalam hidupnya sehingga ke usia yang telah dicapai sekarang ini.
HUKUM:
Ada 2 pendapat ulama mengenai hukum sambutan hari lahir:
1) Sesetengah ulama berpendapat adalah haram sambutan harijadi yang mengadakan upacara meniup lilin, menyanyi dan menari dalam keadaan bercampur gaul lelaki dan perempuan kerana ianya perbuatan yang meniru budaya orang bukan Islam. Nabi SAW bersabda: “sesiapa yang meniru satu kaum, maka dia termasuk dalam kalangan kaum tersebut” (Riwayat Abu Daud).
2) Ada pendapat yang lain pula mengatakan sambutan hari jadi adalah perkara yang tiada nas mengenainya, sama ada menyuruh atau melarang. Oleh itu perlu dilihat kepada tujuan dan cara sambutan diadakan.



Rabu, 6 Mei 2015

Doa ini, Masih bersama kalian

Doa ini,
Masih bersama kalian 
Ku Menanti berita 
Moga angin khabarkan rindu ini buat kalian 
Agar kalian tahu betapa aku mencintai dan menyayang
Rindu ini..ku terjemah pada coretan kalam 
Menanti kalian pulang membawa kejayaan 
Semoga kita masih lagi bertemu dalam rahmat Tuhan
Kerana waktu itu...kita tiada lagi kesempatan seperti sekarang
Suatu saat nanti. .aku sangat bangga kerana pernah diberi kesempatan menyayangi kalian
Hanya sesekali berita kesihatan dan kematian menjengah digendang telinga
Hanya pasrah dan redha pada ketetapan Tuhan

Doa ini
Masih bersama kalian
Tidak ku rela berpisah ..jika diberi pilihan 
Tapi..apakan daya..hidup ini perlu diteruskan
Biarlah..masa berbicara pada bahasanya
Biarlah...alam berputar mengikut masanya
Biarlah...umur meningkat usia 
Biarlah. ..apa orang nak kata 
Hakikatnya. .kaseh dan sayang ini..sukar diganti 
Susah untuk diterjemah
Payah diungkap
Ianya..terpateri rapi dlm sanubari
Menjadi kenangan abadi hidup sepanjang zaman
Menanti dipintu syurga..untuk dirai

Doa ini
Masih bersama kalian,
Indahnya ukhuwah..sukar dilafazkan 
Kerana aku juga tidak mengerti
Halus mainannya 
Rapuh rasanya
Susah dijaga 
Tp..manis pada yg hidup dengannya 
Saat rase membawa jiwa 
Saat kata dipulau manusia
Saat iman tergadai alpa 
Saat manusia...menghina 
Kita terus berukhuwah...demi sebuah hubungan

Doa ini
Masih bersama kalian
Biar kalam sunyi tanpa bicara.... 
Biar amalan lurus pada ajarannya ...
Biar agama tertegak dengan pasaknya
Demi mencari redha Tuhan 


Doa ini
Masih bersama kalian
Selagi  rasa cinta ini dipinjamkan
Kaseh dan sayang ini penaut segala

huh...aku mencoret ini 
Bukan terpaksa 
Mahupun memaksa 
Bukan dipaksa 
Tp...saat datang nya tenang dan damai  jiwa 
Mengenang kalian dalam rahmat Tuhan 

Saat doa ini
Masih bersama kalian
Berjuanglah  dalam kebaikan
Moga sentiasa ..istiqamah berkebajikan 
Sedasawarsa yang berlalu nanti.. 
Tanpa kalian ...
bukan ukuran cinta berkurangan 
Ianya manifestasi sebuah ingatan, doa dan kesabaran 
Ouh..penat bermain kata
Penat menghitung janji setia 
Penat mengulang rasa 
Semua terpadam pada bahagia mendengar kalian berjaya .
menjadi manusia berwibawa
Disisi tuhan kamu mulia 
Disisi manusia kamu diangakat dipuja 
Namun jangan sesekali terbelit pada mainan rasa
Syaitan sentiasa berusaha
Sentiasa lah tawadhuk memandang dunia
Kerana yang dikejar..akhirat kekal selamanya

Sabtu, 28 Mac 2015


البلاغة
لغةً  : هي مصدر بــــَلغَ يـــــبلَغ  اي كان بليغاً أو صار.
فناً : هى موافقة مقتضى حال السامع وحال الموضوع في تأدية المعنى بكلام فصيح لفظياً وتركيباً.
تعريف شائع: هي مطابقة الكلام لمقتضى الحال.
تعريف أبن المقفع: هي التى أذا سمعها الجاهل ظن أنه يحسن مثلها.
تعريف جاهلي: هي الايجاز.
( ولكل تعريف سبب تاريخى ولدته البيئة)
اقسام البلاغة:

1- البيـــــــــــــــان
2-البديــــــــــــــــــع
3-المعانـــــــــــــــي
1-                              البيان:
لغة : هو أحد مصادر بان يبين بيانا وتبيانا أي ظهر وأفصح.
فنا: هو تأدية المعنى بأسلوب رائع في صورة  من صور التشبيه أو المجاز أو الكناية.
علم البيان : يدرب دارسه على فهم الادب وادراك مافيه من جمال التعبير وروعة التصوير ولكنه لايجعل من دارسه غير الموهوب أدبيا.
اقسامه

1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
التشبيه
الأستعارة
المجاز المرسل
المجاز العقلي
الكناية


1.1التشبيه : هو مقتل من مقاتل الكلام مستوعر المذهب على لغة ابن الاثير،  فان لم يحََسَُن فيه التعليل  سواء كان مالوفاً أو غير مالوف كان غشا يقصد منه مجرد الموضوع ويرمي صاحبه من ورائه الى التزام موضوعي لا حياة فيه ويكفى طالب الادب ان يعرف بالمطالعةِ الشخصية المفاهيم التقليدية والنظرات المتصلة بنا من القدماء ليقف على رابية ضرورية ينطلق منها فيما بعد الى قمم أخرى أشمخ وأذهب في سماء الفن فيجد في التشبيه- عندئذ- وحدة متماسكة لايمكن ان تقسم لان في تقسيمها تمزيقا للكمال الفنى والجمال الراقى  وسمو الذوق الفنى.
  وللتشبيه عند نقاد العربية السالفين أجلال  وأعظام فقد توسموا فيه البراءة والفطنة  وحظوا عليه واقاموه دليلا قاطعا على البيان والبلاغة ومقياسا للشاعرية وجعلوه منبعا يستقون منه اختيارهم للشعر  وقدامى الادباء اولعوا فيه فغلوا في  الاعتماد عليه حتى جعلوه فيضاً متتابعا في القصيدة يكاد لايهدأ عند حد كما في معلقة امرىء القيس لما رأوا فيه من السحر البيانى والتصرف البارع فى وجوه القول البيلغ.

1.1.1  أركانه
1.1.1.1                                                            الطرفان : المشبه والمشبه به. ولا يصح فيهما الحذف في التركيب التشبيهي
مثال : بلادنا (المشبه) مثل (اداة التشبيه) الجنة (المشبه به)اسعاداً  لأهلها (وجه الشبه).
1.1.1.2                                                            اداة التشبيه : يجوز حذفها وهى كل ماكان في معنى يشبه
                حرفاً : الكاف وكأن
               اسماً: مثل / شبه / اشبه / نظير / مثيل 
               فعلًا: حاكى / ضاهى / يماثل

1.1.1.3                                                            وَجَُه الشَبَه (يجوز حذفه) هي الصفة او الصفات التى يشترك فيها الطرفان وتكون في المشبه به اقوى منها في المشبه.

1.1.2                                              أقسامه
1.1.2.1 المَُرسَل : هو ماحوى اداة  مثال: بلادنا مثل الجنة اسعاداً لاهلها.
1.1.2.2 الموكدّ : هو ما خلا من الاداة ادعاًء ان المشبه هو المشبه به نفسه  مثال: بلادنا  × الجنة اسعاداً لاهلها.
1.1.2.3 المفصل : هو ماحوى وجه شبه مثال:  بلادنا مثل الجنة اسعادا لاهلها.
1.1.2.4 المُجَمل : هو ماخلا من وجه المشبه ادعاءاً ان الصفة في المشبه معروفة ولاحاجة لذكرها مثال  : بلادنا مثل الجنة ×   ×.
1.1.2.5 البليغ : هو ماخلا من الاداة ووجه الشبه معا مبالغة في ادعاء المساوة بين الطرفين مثال : بلادنا × الجنة ×  ×.

1.1.3                                              أنواعه
1.1.3.1                                                            المقلوب : هو ماجعل المشبه  مشبها به والمشبه به مشبها  بادعاء ان الصفة (وجه الشبه) في المشبه ابرز:  مثال : الجنة مثل بلادنا في اسعادِ الاهل.
1.1.3.2                                                            التمثيلي : هو ماكان وجه الشبه فيه صورة مركبة من عدة عناصر ( اي ليس وجه الشبه فيه صفة)  مثال: بلادنا يرتع فيها أهلها وتحتضنها َسمَاء باسمة هى الجنة يختال فيها الملائكة ويحتضنها الخلود.
1.1.3.3                                                            الضمنى: لا أداة فيه ولا يصح تقديرها في تركيبة وهو يلمح ضمناً في الكلام ويأتى عادة في صورة برهان مثال: اهل بلادنا سعداء وهل يشقى سكان الجنة؟